Rasulullah SAW Sebagai Petunjuk bagi Kaum Jin dan Manusia

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُوْنَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوْهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِيْنَ. قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوْسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيْقٍ مُسْتَقِيْمٍ. يَا قَوْمَنَا أَجِيْبُوا دَاعِيَ اللهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوْبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ. وَمَنْ لاَ يُجِبْ دَاعِيَ اللهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي اْلأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُوْنِهِ أَولِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ

“Dan ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yg mendengarkan Al-Qur`an mk tatkala mereka menghadiri pembacaan lalu mereka berkata: ‘Diamlah kamu ’. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaum memberi peringatan. Mereka berkata: ‘Hai kaum kami sesungguh kami telah mendengarkan kitab yg telah diturunkan sesudah Musa yg membenarkan kitab-kitab yg sebelum lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yg lurus. Hai kaum kami sambutlah penyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari adzab yg pedih. Dan orang yg tdk menerima orang yg menyeru kepada Allah mk dia tdk akan melepaskan diri dari adzab Allah di muka bumi dan tdk ada bagi pelindung selain Allah. Mereka itu dlm kesesatan yg nyata’.”


Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat

صَرَفْنَا

Kami hadapkan makna Kami mengarahkan dan mengutus kepadamu.

كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوْسَى

Kitab yg telah diturunkan sesudah Musa. Yang dimaksud kitab di sini adl Al-Qur`an yg sebelum mereka beriman dgn apa yg diturunkan kepada Musa ‘alaihissalam.
Atha` rahimahullahu berkata: Mereka sebelum beragama Yahudi kemudian masuk Islam. Oleh karena disebutkan “diturunkan setelah Musa.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: Jin tersebut tdk mendengar tentang diutus Nabi Isa ‘alaihissalam oleh karena disebutkan “diturunkan setelah Musa.”

مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَِ

Membenarkan kitab yg sebelum yaitu Taurat.

أَجِيْبُوا دَاعِيَ اللهِ

Sambutlah penyeru kepada Allah. Yang dimaksud penyeru di sini adl Muhammad bin Abdullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Rasul terakhir yg diutus kepada seluruh manusia dan jin. Di mana seluruh Nabi dan Rasul sebelum tdk diutus kepada jin dan manusia secara keseluruhan sebagaimana akan dijelaskan nanti.

Sebab Turun Ayat
Diriwayatkan Al-Hakim dlm Mustadrak- dgn sanad dari Zir bin Hubaisy dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu ia berkata: Mereka turun ke tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm keadaan beliau sedang membaca Al-Qur`an di sebelah pohon kurma. Tatkala mereka mendengar merekapun diam dan berkata: “Diamlah kalian.” Mereka berjumlah sembilan salah seorang dari mereka bernama Zuba’ah. mk Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya ini.”
Al-Hakim berkata: Sanad shahih. Dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Al-Baihaqi melalui jalur Al-Hakim dgn sanad ini dlm Dala`il An-Nubuwwah .

Penjelasan Ayat
Al-Allamah Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh makhluk manusia dan jin. mk merupakan keharusan bagi utk menyampaikan seluruh tugas dakwah sebagai Nabi dan Rasul. Kepada manusia memungkinkan bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendakwahi dan memberi peringatan kepada mereka. Adapun jin mk Allah Subhanahu wa Ta’ala mengarahkan mereka kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dgn kekuasaan-Nya dan mengutus kepada beliau “sekelompok jin utk mendengarkan Al-Qur`an. Ketika mereka telah hadir mereka berkata: “Diamlah kalian.” Makna yaitu: Mereka saling mengingatkan utk diam.
“Ketika telah selesai” dan mereka telah menghafal serta memberi pengaruh pada mereka “merekapun kembali kepada kaum utk memberi peringatan” berupa nasehat utk mereka dan menegakkan hujjah Allah atas mereka. Allah memilih mereka utk membantu Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm menyebarkan dakwah utk kalangan para jin. Mereka berkata: “Wahai kaum kami sesungguh kami telah mendengarkan sebuah kitab yg diturunkan setelah Musa.” Sebab kitab Musa merupakan asal dari kitab Injil sebagai sandaran bagi Bani Israil dlm hukum-hukum syariat. Sedangkan Injil hanyalah penyempurna dan mengubah sebagian hukum . “Membenarkan kitab-kitab sebelumnya” yg mana kitab yg kami dengar ini “memberi petunjuk kepada kebenaran” dlm tiap berita dan pencarian serta “membimbing ke arah jalan yg lurus” menuju Allah yg sampai kepada surga-Nya dgn mempelajari ilmu tentang Allah hukum-hukum agama-Nya dan hari pembalasan.
Ketika mereka telah memuji Al-Qur`an dan menjelaskan kedudukan mereka pun mengajak kaum utk mengimani. Mereka berkata: “Wahai kaum kami penuhilah panggilan penyeru kepada Allah” yg tdk mengajak kecuali kepada Rabbnya. Dia tdk menyeru kalian kepada tujuan tertentu tdk pula kepada hawa nafsu. Namun dia mengajak kepada Rabb kalian agar Allah memberimu pahala dan menghilangkan tiap kejahatan dan apa-apa yg tdk disukai dari dirimu. Oleh karena mereka mengatakan: “Allah mengampuni dosa kalian dan melindungi kalian dari adzab yg pedih.” Sehingga jika Allah melindungi kalian dari adzab yg pedih mk tdk ada lain setelah itu kecuali keni’matan. Dan inilah balasan bagi yg menyambut penyeru kepada jalan Allah.
“Barangsiapa yg tdk memenuhi panggilan penyeru kepada jalan Allah tidaklah menjadikan Allah tdk mampu di muka bumi.” Karena sesungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Orang yg lari dari-Nya tdk akan dapat menghindar dan Dia tdk pula bisa dikalahkan oleh sesuatupun.
“Dan mereka tdk mempunyai penolong selain-Nya. Mereka itulah yg berada dlm kesesatan yg nyata.” Kesesatan siapa lagi yg lbh besar daripada orang yg telah diseru para rasul dan telah sampai kepada peringatan dgn berbagai tanda kekuasaan-Nya serta hujjah yg mutawatir namun kemudian dia berpaling dan membangkang?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Diutus utk Seluruh Jin dan Manusia
Tidak ada perselisihan di kalangan kaum muslimin satu kelompok pun bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh jin dan manusia. Sebagaimana telah diriwayatkan dlm Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيْرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِيَ اْلأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَلَمْ تُحَلَّ لأَحَدٍ قَبْلِي، وَأُعْطِيْتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً

“Aku telah diberikan lima hal yg tdk diberikan kepada seorangpun dari kalangan para nabi sebelumku: Aku diberi pertolongan dgn ditanamkan rasa takut sejarak satu bulan perjalanan. Dan telah dijadikan bagiku seluruh bumi sebagai masjid dan alat bersuci. mk siapa saja di kalangan umatku yg mendapati waktu shalat hendaklah dia shalat. Dan dihalalkan bagiku harta rampasan perang dan tdk dihalalkan kepada seorangpun sebelumku. Dan aku diberi syafaat dan adl nabi sebelumku diutus kepada kaum secara khusus sedangkan aku diutus kepada seluruh an-naas.”
Ibnu ‘Aqil berkata: “Jin termasuk ke dlm penamaan an-naas secara bahasa.”
Ar-Raghib berkata: “An-Naas adl jenis makhluk hidup yg berfikir dan berperasaan dan jin termasuk yg berfikir dan berperasaan.”
Al-Jauhari berkata: “An-Naas termasuk dari kalangan jin dan juga manusia.”
Hal ini dikuatkan dgn riwayat yg berasal dari Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بُعِثْتُ إِلَى اْلأَحْمَرِ وَاْلأَسْوَدِ

“Aku diutus kepada yg merah dan yg hitam.”
Mujahid bin Jabr menafsirkan hadits ini dgn makna jin dan manusia.
Dalam riwayat Muslim dgn lafadz:

بُعِثْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً

“Aku diutus kepada seluruh makhluk.”
Ibnu Abdil Barr rahimahullahu berkata: Mereka tdk berbeda pendapat bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada jin dan manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Ini termasuk keistimewaan beliau dibandingkan para nabi yakni dgn diutus beliau kepada seluruh jin dan manusia. Sedangkan yg lain tdk diutus kecuali hanya kepada kaum demikian pula terhadap para nabi yg lainnya. Hal ini juga disebutkan Imamul Haramain dlm kitab Al-Irsyad saat membantah firqah Al-Isawiyyah: “Dan sungguh kami mengetahui secara pasti bahwa beliau diutus kepada dua tsaqalain .”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Muhammad kepada seluruh tsaqalain: jin dan manusia dan mewajibkan kepada mereka beriman kepada dan kepada apa yg dibawa serta mentaatinya. Juga agar mereka menghalalkan apa yg dihalalkan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharamkan apa yg diharamkan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan apa yg diwajibkan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencintai apa-apa yg dicintai Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenci apa-apa yg dibenci Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan siapa saja dari kalangan jin dan manusia yg telah ditegakkan hujjah atas berupa risalah yg dibawa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam namun dia tdk beriman kepada mk dia berhak mendapatkan hukuman dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana hukuman yg diberikan kepada orang2 kafir yg yg para rasul diutus ke tengah-tengah mereka. Ini merupakan prinsip yg telah disepakati para shahabat tabi’in para imam kaum muslimin dan seluruh kelompok muslimin baik Ahlus Sunnah wal Jamaah maupun yg lainnya.”
Dan pada ayat yg ke-32 yg menyatakan “Dan orang yg tdk menerima penyeru kepada Allah mk dia tdk bisa melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tdk ada bagi pelindung selain Allah. Mereka itu dlm kesesatan yg nyata” sangat jelas menunjukkan bahwa kalangan jin yg tdk beriman dgn apa yg dibawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mk dia kafir.

Adakah Rasul dari Kalangan Jin?
Jumhur ulama baik dari kalangan Salaf maupun Khalaf menyatakan bahwa tdk satupun rasul yg diutus yg berasal dari kalangan jin dan rasul hanya berasal dari kalangan manusia. Pendapat ini dinukil dari Ibnu ‘Abbas Ibnu Juraij Mujahid Al-Kalbi Abu ‘Ubaid dan Al-Wahidi. Dan ayat ini merupakan salah satu dalil yg menunjukkan bahwa dari kalangan jin tdk terdapat rasul namun yg ada hanyalah para pemberi peringatan. Ibnu ‘Abbas berkata: “Para rasul dari anak cucu Adam dan dari kalangan jin adl nudzur .”
Demikian pula firman Allah:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوْحٍ وَالنَّبِيِّيْن مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ وَاْلأَسْبَاطِ وَعِيْسَى وَأَيُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهَارُوْنَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُدَ زَبُوْرًا. وَرُسُلاً قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلاً لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيْمًا. رُسُلاً مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلاَّ يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

“Sesungguh Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yg sesudah dan Kami telah memberikan wahyu kepada Ibrahim Isma’il Ishaq Ya’qub dan anak cucu ‘Isa Ayyub Yunus Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. Dan rasul-rasul yg sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan rasul-rasul yg tdk Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dgn langsung. selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tdk ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutus rasul-rasul itu. Dan adl Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Ibrahim ‘alaihissalam:

وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي اْلآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِيْنَ

“Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim Ishak dan Ya’qub dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunan dan Kami berikan kepada balasan di dunia; dan sesungguh dia di akhirat benar-benar termasuk orang2 yg shalih.”
Dalam ayat ini Allah membatasi kenabian dan pemberian kitab setelah Ibrahim pada keturunannya. Dan tdk seorangpun manusia yg mengatakan bahwa kenabian dari kalangan jin pernah terjadi sebelum diutus Ibrahim lalu terputus setelah beliau diutus. Demikian pula firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ إِلاَّ إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَيَمْشُوْنَ فِي اْلأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُوْنَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيْرًا

“Dan Kami tdk mengutus rasul-rasul sebelummu melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yg lain. Maukah kamu bersabar? Dan adl Rabbmu Maha Melihat.”
Dan firman-Nya:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُوْحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى أَفَلَمْ يَسِيْرُوا فِي اْلأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ اْلآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا أَفَلاَ تَعْقِلُوْنَ

“Kami tdk mengutus sebelum kamu melainkan orang laki2 yg Kami berikan wahyu kepada di antara penduduk negeri. mk tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang2 sebelum mereka dan sesungguh kampung akhirat adl lbh baik bagi orang2 yg bertakwa. mk tidakkah kamu memikirkannya?”
Semua dalil ini menguatkan pendapat jumhur yg menyatakan bahwa rasul seluruh dari kalangan manusia dan tdk satupun dari kalangan jin.
Ada sebagian ulama yg berpendapat bahwa dari kalangan jin terdapat rasul tersendiri sebagaimana manusia. Di antara adl Adh-Dhahhak bin Muzahim dan dia berdalil dgn firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِيْنَ

“Hai golongan jin dan manusia apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri yg menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu akan pertemuanmu dgn hari ini? Mereka berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri’. Kehidupan dunia telah menipu mereka dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adl orang2 yg kafir.”
Sisi pendalilan ayat ini bahwa lafadz: “Wahai sekalian jin dan manusia bukankah telah datang kepadamu para rasul dari kalian” dipahami bahwa dari manusia ada rasul dari kalangan mereka mk demikian pula dari kalangan jin.
Namun pendalilan ini sangat lemah sebab ayat ini tdk jelas menunjukkan atas apa yg dimaukan. Seperti firman Allah:

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ. بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَ يَبْغِيَانِ. فَبِأَيِّ آلاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yg kedua kemudian bertemu antara kedua ada batas yg tdk dilampaui oleh masing-masing. mk ni’mat Rabb kamu yg manakah yg kamu dustakan? Dari kedua keluar mutiara dan marjan.”
Padahal mutiara dan marjan tersebut hanyalah dikeluarkan dari laut yg asin dan bukan yg tawar. Dan ini adl perkara yg jelas sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir rahimahullahu.
Wallahu a’lam bish-shawab.

penulis Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi
Syariah Tafsir

Read More......

Apa itu Ghozwul Fikri?

Ghozwul fikri atau perang pemikiran dimulai ketika kaum salibis dikalahkan 9 kali dalam peperangan besar oleh kaum Muslimin. Mereka berfikir keras bagaimana cara mengalahkan umat Islam, akhirnya mereka ingin mendalami Islam terlebih dahulu. Kesungguhan kaum salibis dalam mempelajari Islam tersebut memang luar biasa sampai di dalam sejarah diungkap seorang dari mereka rela meninggalkan anak dan istrinya hanya untuk berkeliling di negeri-negeri Islam guna mencari kelemahan umat Islam. Diantara pernyataan mereka adalah, “percuma saja kita berperang melawan umat islam selama mereka berpegang teguh pada agama mereka (Al-qur’an dan As-Sunnah). Jika komitmen mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat berbuat apa-apa, karena itu tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat Islam dari agama mereka. Barulah kita mudah mengalahkan Umat Islam.” Gladstone, salah seorang perdana menteri inggris menyimpulkan, “Selama Al-qur’an ada di tangan Umat Islam, tidak mungkin eropa akan menguasai dunia timur.”

Strategi perang kemudian diubah dari perang fisik ke perang pemikiran. Berbagai upaya dibuat untuk mengalihkan umat Islam dari agamanya. Serangan dilancarkan melalui hiburan, olahraga, dan segmen yang menarik lainnya. Sehingga tanpa disadari umat Islam sudah mengikuti mereka bahkan menjadi pendukung program-program yang mereka adakan.

Beberapa jenis perang pemikiran yang perlu diwaspadai pada saat ini diantaranya: Apa itu Ghozwul Fikri?
Share
Sunday, 11 July 2010 at 11:08 | Edit note | Delete
Ghozwul fikri atau perang pemikiran dimulai ketika kaum salibis dikalahkan 9 kali dalam peperangan besar oleh kaum Muslimin. Kemenangan kaum Muslimin sangat spektakuler karena semua peperangan yang terjadi diluar perkiraan akal manusia. Misalnya, kholid bin walid dengan 3000 pasukan pernah mengalahkan 100.000 pasukan romawi.

Mereka berfikir keras bagaimana cara mengalahkan umat Islam, akhirnya mereka ingin mendalami Islam terlebih dahulu. Kesungguhan kaum salibis dalam mempelajari Islam tersebut memang luar biasa sampai di dalam sejarah diungkap seorang dari mereka rela meninggalkan anak dan istrinya hanya untuk berkeliling di negeri-negeri Islam guna mencari kelemahan umat Islam. Diantara pernyataan mereka adalah, “percuma saja kita berperang melawan umat islam selama mereka berpegang teguh pada agama mereka (Al-qur’an dan As-Sunnah). Jika komitmen mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat berbuat apa-apa, karena itu tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat Islam dari agama mereka. Barulah kita mudah mengalahkan Umat Islam.” Gladstone, salah seorang perdana menteri inggris menyimpulkan, “Selama Al-qur’an ada di tangan Umat Islam, tidak mungkin eropa akan menguasai dunia timur.”

Strategi perang kemudian diubah dari perang fisik ke perang pemikiran. Berbagai upaya dibuat untuk mengalihkan umat Islam dari agamanya. Serangan dilancarkan melalui hiburan, olahraga, dan segmen yang menarik lainnya. Sehingga tanpa disadari umat Islam sudah mengikuti mereka bahkan menjadi pendukung program-program yang mereka adakan.

Beberapa jenis perang pemikiran yang perlu diwaspadai pada saat ini diantaranya:


1. Perusakan akhlak

Dalam berbagai media massa musuh-musuh Islam melancarkan program – program yang bertujuan merusak akhlak generasi muslim mulai dari anak-anak, remaja, maupun dewasa. Diantara perusakan itu adalah lewat majalah, televisi, serta musik. Dalam media-media tersebut selalu saja disuguhkan penampilan tokoh-tokoh terkenal yang pola hidupnya jelas-jelas jauh dari nilai-nilai Islam. Mulai dari cara berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan. Dengan cara itu mereka telah berhasil membuat idola-idola baru yang generasi islam berkiblat kepada mereka.

2. Perusakan Pola Fikir

Dengan memanfaatkan media, baik cetak maupun elektronik, mereka juga sengaja menyajikan berita yang tidak jelas kebenarannya, terutama yang berkenaan dengan kaum Muslimin. Seringkali mereka menyematkan gelar seperti teroris, fundamentalis, ekstrimis, islam garis keras, dll kepada kaum muslimin yang berjuang mempertahankan kemerdekaan negeri mereka dari penguasaan para penjajah yang zalim. Sementara itu mereka mendiamkan setiap aksi para perusak serta penindas yang sejalan dengan mereka seperti zionis yahudi yang menjajah palestina. Berita yang sampai kepada kaum muslimin benar-benar jauh dari realitas bahkan sengaja diputarbalikkan dari kenyataan yang sesungguhnya.

3. Sekulerisasi pendidikan

Hampir diseluruh negeri muslim telah berdiri model pendidikan sekolah yang lepas dari nilai-nilai keagamaan. Mereka sengaja memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan di sekolah sehingga muncullah generasi-generasi terdidik yang jauh dari agamanya. Sekolah macam inilah yang mereka dirikan di bumi islam pada masa penjajahan (imperialisme) untuk menghancurkan islam dari tubuhnya sendiri.

4. Pemurtadan

Ini adalah program yang paling jelas kita saksikan. Secara terang-terangan orang-orang non-muslim menawarkan “bantuan” ekonomi, mulai dari bahan makanan, rumah, jabatan, beasiswa, dan lain-lain untuk menggoyahkan iman kaum muslimin.

Samuel zwemmer dalam konferensi Al-Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan, “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian, akan tetapi menjauhkan mereka dari agama mereka (Al-Qur’an dan Sunnah) sehingga mereka menjadi orang-orang yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan) menjadi terpecah-belah dan jauh dari persatuan. Dengan generasi-generasi baru yang akan memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian.”

Semoga Alloh selalu menjaga kita dari setiap makar yang mereka lakukan. Wallahul musta’an.

( http://islam4all.blog.uns.ac.id/2010/01/26/ghozwul-fikri/
1. Perusakan akhlak

Dalam berbagai media massa musuh-musuh Islam melancarkan program – program yang bertujuan merusak akhlak generasi muslim mulai dari anak-anak, remaja, maupun dewasa. Diantara perusakan itu adalah lewat majalah, televisi, serta musik. Dalam media-media tersebut selalu saja disuguhkan penampilan tokoh-tokoh terkenal yang pola hidupnya jelas-jelas jauh dari nilai-nilai Islam. Mulai dari cara berpakaian, gaya hidup dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan. Dengan cara itu mereka telah berhasil membuat idola-idola baru yang generasi islam berkiblat kepada mereka.

2. Perusakan Pola Fikir

Dengan memanfaatkan media, baik cetak maupun elektronik, mereka juga sengaja menyajikan berita yang tidak jelas kebenarannya, terutama yang berkenaan dengan kaum Muslimin. Seringkali mereka menyematkan gelar seperti teroris, fundamentalis, ekstrimis, islam garis keras, dll kepada kaum muslimin yang berjuang mempertahankan kemerdekaan negeri mereka dari penguasaan para penjajah yang zalim. Sementara itu mereka mendiamkan setiap aksi para perusak serta penindas yang sejalan dengan mereka seperti zionis yahudi yang menjajah palestina. Berita yang sampai kepada kaum muslimin benar-benar jauh dari realitas bahkan sengaja diputarbalikkan dari kenyataan yang sesungguhnya.

3. Sekulerisasi pendidikan

Hampir diseluruh negeri muslim telah berdiri model pendidikan sekolah yang lepas dari nilai-nilai keagamaan. Mereka sengaja memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan di sekolah sehingga muncullah generasi-generasi terdidik yang jauh dari agamanya. Sekolah macam inilah yang mereka dirikan di bumi islam pada masa penjajahan (imperialisme) untuk menghancurkan islam dari tubuhnya sendiri.

4. Pemurtadan

Ini adalah program yang paling jelas kita saksikan. Secara terang-terangan orang-orang non-muslim menawarkan “bantuan” ekonomi, mulai dari bahan makanan, rumah, jabatan, beasiswa, dan lain-lain untuk menggoyahkan iman kaum muslimin.

Samuel zwemmer dalam konferensi Al-Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan, “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian, akan tetapi menjauhkan mereka dari agama mereka (Al-Qur’an dan Sunnah) sehingga mereka menjadi orang-orang yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan) menjadi terpecah-belah dan jauh dari persatuan. Dengan generasi-generasi baru yang akan memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian.”

Semoga Alloh selalu menjaga kita dari setiap makar yang mereka lakukan. Wallahul musta’an.( http://islam4all.blog.uns.ac.id/2010/01/26/ghozwul-fikri/ )

Read More......

Saudariku, Apa yang Menghalangimu untuk Berhijab?

Bismillahirrohmanirrohim,

Seorang muslimah, diperintahkan untuk menutup auratnya ketika keluar rumah, yaitu dengan mengenakan pakaian syar’i yang dikenal dengan jilbab atau hijab. Namun dalam kenyataan masih banyak di antara para muslimah yang belum mau memakainya. Ada yang dilarang oleh orang tuanya, ada yang beralasan belum waktunya atau nanti setelah pergi haji dan segudang alasan yang lain. Nah apa jawaban untuk mereka?

1. Saya Belum Bisa Menerima Hijab

Untuk ukhti (saudariku) yang belum bisa menerima hijab maka perlu kita tanyakan, “Bukankah ukhti sungguh-sungguh dan yakin dalam memeluk Islam, dan bukankah ukhti telah mengucapkan la ilaha illallah Muhammad rasulullah dengan yakin? Yang berarti menerima apa saja yang diperintahkan Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasulullah? Jika ya maka sesungguhnya hijab adalah salah satu syari’at Islam yang harus dilaksanakan oleh para muslimah. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah memerintah kan para mukminah untuk memakai hijab dan demikian pula Rassulullah Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkan itu. Jika anda beriman kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka anda tentu akan dengan senang hati memakai hijab itu.

2. Saya Menerima Hijab, Namun Orang Tua Melarang.

Kalau saya tidak taat kepada orang tua, saya bisa masuk neraka. Kepada saudariku kita beritahukan bahwa memang benar orang tua memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, dan kita diperintahkan untuk berbakti kepada mereka. Namun taat kepada orang tua dibolehkan dalam hal yang tidak mengandung maksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala , sebagaimana dalam firman-Nya, artinya,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,” (QS. Luqman:15)
Meskipun demikian kita tetap harus berbuat baik kepada kedua orang tua kita selama di dunia ini.
Inti permasalahannya adalah, bagaimana saudari taat kepada orang tua namun bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, padahal Allah Subhannahu wa Ta’ala adalah yang menciptakan anda, memberi nikmat, rizki, menghidupkan dan juga yang menciptakan kedua orang tua saudari?

3. Saya Tidak Punya Uang untuk Membeli Jilbab

Ada dua kemungkinan wanita muslimah yang mengucapkan seperti ini, yaitu mungkin dia berdusta dan mungkin juga dia jujur. Jika dalam kesehariannya dia mampu membeli berbagai macam pakaian dengan model yang beraneka ragam, mampu membeli perlengkapan ini dan itu, maka berarti dia telah bohong. Dia sebenarnya memang tidak berniat untuk membeli pakaian yang sesuai tuntunan syari’at. Padahal pakaian syar،¦i biasanya tidak semahal pakaian-pakaian model baru yang bertabarruj (membuka aurat).
Maka apakah saudari tidak memilih pakaian yang seharusnya dikenakan oleh seorang wanita muslimah. Apakah anda tidak memilih sesuatu yang dapat menyelamatkan anda dari adzab Allah Subhannahu wa Ta’ala dan kemurkaan-Nya? Ketahuilah pula bahwa kemuliaan seseorang bukan pada model pakaiannya, namun pada takwanya kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala . Dia telah berfirman, artinya,
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.” (QS. al-Hujurat:13)
Adapun jika memang anda seorang yang jujur, jika benar-benar saudari berniat untuk memakai jilbab maka Allah Subhannahu wa Ta’ala akan memberikan jalan keluar. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah mengatakan, artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. ath-Thalaq 2-3)
Kesimpulannya adalah bahwa untuk mencapai keridhaan Allah dan untuk mendapatkan surga, maka segala sesuatu akan menjadi terasa ringan dan mudah.

4. Cuaca Sangat Panas

Jika saudari beralasan bahwa cuaca sangat panas, kalau memakai jilbab rasanya gerah, maka saudari hendaklah selalu mengingat firman Allah Subhannahu wa Ta’ala , artinya,
“Katakanlah, “Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jikalau mereka mengetahui.”(QS. 9:81)
Apakah anda menginginkan sesuatu yang lebih panas lagi daripada panasnya dunia ini, dan bagaimana saudari menyejajarkan antara panasnya dunia dengan panasnya neraka? Yang dikatakan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala , artinya,
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah.” (QS. 78:24-25)
Wahai saudariku, ketahuilah bahwa surga itu diliputi dengan berbagai kesusahan dan segala hal yang dibenci nafsu, sedangkan neraka dihiasi dengan segala yang disenangi hawa nafsu.

5. Khawatir Nanti Aku Lepas Jilbab Lagi

Ada seorang muslimah yang mengatakan, “Kalau aku pakai jilbab, aku khawatir nanti suatu saat melepasnya lagi.” Saudariku, kalau seseorang berpikiran seperti anda, maka bisa-bisa dia meninggalkan seluruh atau sebagian ajaran agama ini. Bisa-bisa dia tidak mau shalat, tidak mau berpuasa karena khawatir nanti tidak bisa terus melakukannya.
Itu semua tidak lain merupakan godaan dan bisikan setan, maka hendaklah suadari mencari sebab-sebab yang dapat menjadikan anda selalu beristiqamah. Di antaranya dengan banyak berdo’a agar diberikan ketetapan hati di atas agama, bersabar dan melakukan shalat dengan khusyu’. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. 2:45)
Jika saudari telah memegang teguh sebab-sebab hidayah dan telah merasakan manisnya iman maka saudari pasti tidak akan meninggalkan perintah Allah Subhannahu wa Ta’ala , karena dengan melaksanakan itu anda akan merasa tentram dan nikmat.

6. Aku Takut Tidak Ada Yang Menikahiku

Saudariku! Sesungguhnya laki-laki yang mencari istri seorang wanita yang bertabarruj, membuka aurat dan senang melakukan berbagai kemaksiatan maka dia adalah laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu. Dia tidak cemburu terhadap yang diharamkan Allah Subhannahu wa Ta’ala, tidak cemburu terhadapmu, dan tidak akan membantumu dalam ketaatan, menuju surga serta menyelamatkanmu dari neraka.
Jadilah engkau wanita yang baik, insya Allah Subhannahu wa Ta’ala engkau mendapatkan suami yang baik pula. Engkau lihat berapa banyak wanita yang tidak berhijab, namun dia tidak menikah, dan engkau lihat berapa banyak wanita berjilbab yang telah menjadi seorang istri.

7. Kita Harus Bersyukur

“Oleh karena kecantikan merupakan nikmat dari Allah Subhannahu wa Ta’ala, maka kita harus bersyukur kepada-Nya, dengan memperlihatkan keindahan tubuh, rambut dan kecantikan kita.” Mungkin ada di antara muslimah yang beralasan demikian.
Suadariku! Itu bukanlah bersyukur, karena bersyukur kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala bukan dengan cara melakukan kemaksiatan. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung (sampai) ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka.” (QS. an-Nur:31)
Dalam firman-Nya yang lain,
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. (QS.al-Ahzab:59)
Nikmat terbesar yang Allah Subhannahu wa Ta’ala berikan kepada kita adalah iman dan Islam, jika anda ingin bersyukur kepada Allah maka perlihatkanlah kesyukuran itu dengan sesuatu yang disenangi dan diperintahkan Allah Subhannahu wa Ta’ala, di antaranya adalah dengan mememakai hijab atau jilbab. Inilah syukur yang sebenarnya.

8. Belum Mendapatkan Hidayah

Ada sebagian muslimah yang mengatakan, “Saya tahu bahwa jilbab itu wajib, namun saya belum mendapatkan hidayah untuk memakainya.” Kepada saudariku yang yang beralasan demikian kami katakan, “Bahwa hidayah itu ada sebabnya sebagaimana sakit itu akan sembuh dengan sebab pula. Orang akan kenyang juga dengan sebab, yakni makan. Kalau anda setiap hari meminta kepada Allah agar ditunjukkan ke jalan yang lurus, maka anda harus berusaha meraihnya.Di antaranya, hendaklah anda bergaul dengan wanita yang baik-baik, ini merupakan sarana yang sangat efektif, sehingga hidayah dapat anda raih dan terus-menerus terlimpah kepada ukhti.
Orang ingin mendapatkan hidayah itu bisa digambarkan seperti orang mencari alamat rumah. Dia bertanya kepada seseorang, dan orang tersebut menjawab untuk mencapai alamat yang dituju harus belok kanan pada gang pertama lalu lurus dan belok kanan lagi lalu dia akan melihat rumah yang dituju. Begitu juga orang yang mencari hidayah, dia telah diberikan petunjuk dari Allah di dalam AL Qur’an, apakah dia akan mengikuti-Nya atau tidak. Apakah dia memilih belok kiri pada gang pertama lalu lurus dan belok kiri lagi? Tentu jika dia memilih jalan yang lain, maka dia akan kehilangan kesempatan untuk mendapat hidayah-Nya.

9. Aku Takut Dikira Golongan Sesat

Ketahuilah saudariku! Bahwa dalam hidup ini hanya ada dua kelompok, hizbullah (kelompok Allah) dan hizbusy syaithan (kelompok syetan). Golongan Allah adalah mereka yang senantiasa menolong agama Allah Subhannahu wa Ta’ala, melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Sedangkan golongan setan sebaliknya selalu bermaksiat kepada Allah dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan ketika ukhti melakukan ketaatan, salah satunya adalah memakai hijab maka berarti ukhti telah menjadi golongan Allah, bukan kelompok sesat.
Sebaliknya mereka yang mengumbar aurat, bertabarruj, berpakaian mini dan yang semisal itu, merekalah yang sesat. Mereka telah terbius godaan syetan atau menjadi pengekor orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Maka berbahagialah anda sebagai kelompok Allah Subhannahu wa Ta’ala yang pasti menang.
Jilbab atau hijab adalah bentuk ibadah yang mulia, jangan sejajarkan itu dengan ocehan manusia rendahan. Dia disyari’atkan oleh Penciptamu, kalau engkau taat kepada manusia dalam rangka bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala maka sungguh engkau akan binasa dan merugi. Mengapa engkau mau diperbudak oleh mereka dan meninggalkan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala Yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan dan mematikanmu?

Wallohu A’lam Bissowab.
http://solekha.multiply.com/journal/item/215/Tak_mau_berjilbab_Alasan_Dan_jawabanya

Read More......