Pemuda Islam adalah Harapan Bukan Sampah!

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”. (QS Al Kahfi 13-14)

Pemuda dan masa muda merupakan tahapan hidup dalam kehidupan yang penuh dengan luapan energi. Aktif, reaktif, kreatif, sekaligus idealis. Ketika penindasan sedang terjadi dalam suatu masyarakat dan bangsa, para pemuda tampil melakukan perlawanan. Ketika kebekuan sedang melanda kehidupan masyarakat, para pemuda muncul melakukan pendobrakan. Ketika terjadi pengerusakan terhadap nilai-nilai kehidupan, para pemuda tampil memberantas nya. Dan ketika kebencian kepada para Nabi, Utusan Allah melanda suatu kaum, para pemuda tampil menjadi pembela yang gigih, sekaligus menjadi pengikut-pengikut setia para Nabi.

Di bawah ini ada beberapa karakter kehidupan pemuda yang pernah terukir dalam sejarah umat manusia, khususnya Islam. Karakter ini dapat juga diaplikasikan dalam kehidupan masa kini, mengingat sebenarnya sejarah itu cenderung berulang (history repeats itself). Sehingga, peristiwa kedzaliman di masa lalu, sangat mungkin kembali lagi meski dalam bentuk yang sedikit berbeda.


Pembela Kebenaran


Dalam catatan sejarah Islam, terungkap dengan jelas tatkala Nabi Musa mengajak kaumnya untuk menyembah Allah swt, maka hanya para pemuda sajalah yang mau mengikutinya. Sedang lapisan masyarakat lainnya menolak tegas. Mereka takut pada ancaman dan siksaan penguasa. Allah swt, telah memberitahukan sikap positif para pemuda itu sebagai berikut;

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir`aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (QS. Yunus 83)

Hal yang serupa juga terjadi pada tahun-tahun permulaan Rasulullah menyampaikan Risalah Islamiyah kepada umatnya. Di sana, justru para pemuda lah yang lebih dulu menyambutnya dengan sepenuh hati. Mereka adalah Umar bin Khattab, Sa’ad bin Abi Waqash, Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin Mas’ud, Thalhah bin Ubaidillah, Zubail bin Awwam, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain yang umurnya kala itu rata-rata belum 20 tahun. Sedang, Abu Bakar Ash-Shiddiq yang namanya menjadi buah bibir orang di masa itu, dan telah membantu mengantarkan para pemuda itu memeluk Islam, usianya belum sampai 40 tahun.
Penghancur Kebatilan

Sebaliknya, pemuda juga menjadi orang pertama penghancur kebatilan. Dalam kisah Raja Namrud, di saat pemerintahannya kedzaliman banyak terjadi dan masyarakat masih menyembah patung-patung. Saat itu, seorang pemuda bernama Ibrahim lah yang tampil secara heroik menentang kedzaliman Raja Namrud dan menghancurkan patung-patung sesembahan mereka.

“Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala, namanya Ibrahim“. (QS. Al-Anbiya 40)

Dalam kurun waktu yang berbeda, ketika kebatilan teramat kuat merasuki kehidupan masyarakat, suku dan bangsa lantaran dukungan penuh dari kalangan militer, birokrat, dan penguasa, para pemuda pilihan maju pantang mundur. Bahkan mereka menolak tawaran perdamaian dari para penguasa. Mereka menolak kompromi antara kebatilan dan kebenaran. Bagi mereka, antara keduanya tidak bisa disatukan, karena bentuk dan sifat berbeda. Jika tetap dipaksa mereka lebih suka memilih berlepas diri, daripada hidup bersama kebatilan. Itulah sikap para pemuda Ashabul Kahfi, yang perjalanan hidupnya diabadikan secara indah dalam Al-Quran.

Mereka mengembara untuk menghindarkan diri dari kebatilan, sampai suatu gua mereka masuk dan beristirahat dengan tenang. Padahal di luar, penguasa terus memburunya. Di dalam gua itu, mereka tidur pulas berhari-hari lamanya, bahkan beratus tahun, tanpa haus, lapar, maupun lelah. Mereka tidur panjang, melampaui zamannya. Saat terbangun, mereka merasa seperti baru tidur sebentar saja, tak kurang sedikit pun juga. Sehat wal Afiat. Sungguh ajaib!

Itulah pertolongan Allah yang diberikan kepada para pemuda yang gigih melawan kebatilan. Mereka diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah sehingga memperoleh kejayaan.

Berilmu dan Berwawasan Luas

Pemuda pilihan juga pemuda yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas, seperti yang diperlihatkan oleh Ali bin Abi Thalib. Sejak masih kanak-kanak ia memang tekun menuntut ilmu dan membaca berbagai fenomena masyarakat. Ketika tumbuh menjadi pemuda, ilmu dan wawasannya bertambah banyak, melebihi orang-orang yang seusianya. Beberapa sahabat senior tak jarang menanyakan sesuatu masalah kepadanya, dan dijawab dengan tuntas. Ia menjadi gudang ilmu, sepeninggal Rasulullah saw. Dan dengan bijaksana ia berkata, “Tiap wadah (tempat) menjadi sempit dengan barang yang dimasukkan ke dalamnya, kecuali tempat ilmu, maka ia akan bertambah luas.”

Pernyataan itu benar. Ketika berbagai persoalan yang juga mengantar terjadinya berbagai kemelut di masyarakat dan pemerintahan, ia mampu menghadapinya dengan memberikan berbagai pandangan yang luas. Pemuda pilihan memang harus memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Terlebih pada zaman sekarang ini dimana ilmu manusia sudah sangat maju.
Berakhlaq Mulia

Pemuda pilihan selain memiliki sikap-sikap positif di atas, juga harus berakhlaq mulia seperti yang terlihat pada diri Muhammad saw, jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi Utusan Allah. Begitu rupa keindahan akhlaq nya, sampai orang-orang menyebutnya “Al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya (jujur).

Syekh Shafiyyur Rahman, seorang sejarahwan pernah menulis bahwa Nabi SAW menonjol di tengah kaumnya dikarenakan perkataannya yang lemah lembut, akhlaqnya yang utama dan sifat-sifatnya yang mulia. Beliau adalah orang yang paling utama kepribadiannya, paling bagus akhlaqnya, paling terhormat dalam pergaulannya dengan para tetangga, paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya sehingga orang-orang menjulukinya Al-Amin, karena beliau menghimpun semua keadaan yang baik dan sifat-sifat yang diridhai Allah dan manusia. Walhasil, beliau adalah uswah hasanah, contoh teladan yang baik sejak dari kanak-kanak sampai akhir hayatnya.

Keluhuran akhlaq sangat diperlukan bagi pemuda, sebab mereka akan menjadi tumpuan hidup bagi keluarganya, masyarakatnya, bangsa, dan negaranya, serta umat manusia pada umumnya. Di bagian lain, keluhuran akhlaq diperlukan bagi pemuda lantaran fisik mereka sedang mengalami proses pertumbuhan. Jika dalam proses pertumbuhan itu mereka diisi dengan akhlaq yang baik, maka akan menghantarkan jiwa mereka menjadi baik. Dan, tentunya hidupnya menjadi lebih bermakna, baik bagi di ri sendiri maupun bagi orang lain.

Bagaimanakah dengan kita? dan...
Apa yang telah kita berikan untuk Islam?

Pemuda Islam Bangkitlah!

(konsultasipelajar.blogspot.com)

Read More......

Mujizat Al Qur'an: Ada Kobaran Api di Dasar Laut

Subhanallah! Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: "Ada laut yang di dalam tanahnya ada api" (Qs. Ath-Thur 6).

Nabi SAW bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."

Ulasan Hadits Nabi
Hadits ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam tanahnya ada api "al-bahrul masjur." Sumpahnya:

"Demi bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)

Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?

Tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat.

Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT: "Dan apabila lautan dipanaskan" (QS. At-Takwir 6).

Memang, ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam hidup kita (di dunia).

Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.

Namun, hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.

Setelah Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah samudera'.

Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.

Bebatuan lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan "fenomena perluasan dasar laut dan samudera." Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar samudera dan beberapa dasar laut.

Meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera.

Salah satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT yang tiada batas.
Laut Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.

Kapal-kapal proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.

Terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi.

Kemudian terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di dalam pisan lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di permukaan bumi.

Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: "Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."

Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.

Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)

Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
oleh Aidil Heryana
Sumber: http://www.voa-islam.com

Read More......

“Bagaimana jika pada suatu saat kamu memakai gelang kebesaran raja Persia?”

Hari itu kota Makah di gemparkan oleh sebuah sayembara. Tidak tanggung-tanggung, hadiah bagi pemenang sayembara itu adalah 100 ekor unta betina muda yang hampir beranak. Hadiah sebesar itu akan di berikan untuk seseorang yang bisa membawa Nabi Muhammad dalam keadaan hidup atau mati kepada Abu Jahal dan para petinggi Qurais lainnya.

Bagi Suroqoh, sayembara ini adalah sebuah tantangan yang sangat menarik. Di masyakatnya, dia terkenal dengan kepandaiannya melacak jejak. Maka, kesempatan inipun tidak di biarkannya berlalu begitu saja. Hanya untuk mencari satu orang saja, ia akan memperoleh imbalan 100 ekor unta betina. Baginya, ini adalah peluang besar yang jarang ada.


Nabi Muhammad pada saat itu memang dalam posisi yang sangat sulit. Para petinggi Qurais telah memblokir semua akses jalan keluar dari Makah. Sehingga satu-satunya tempat besembunyi Nabi saat itu adalah Gua Tsur.

Sebelumnya, Nabi Muhammad dan sahabatnya Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur ketika para pemuka Qurais mengejarnya. Saat itu mereka sudah mencapai di pintu gua. Seandainya mereka melihat kedalam gua dari tempat kaki mereka berpijak, sudah pasti mereka melihat Nabi Muhammad dan Abu Bakar disana. Namun, Alloh menurunkan kuasanya. Mereka ragu akan keberadaan Nabi di dalam gua tersebut karena ada sarang laba-laba di pintu gua. Secara logika, tidak mungkin ada orang yang masuk gua tersebut tanpa merusak sarang laba-laba. Maka, para petinggi Quraispun meninggalkan gua itu dengan putus asa. Kemudian mereka mengadakan sayembara untuk menangkap Nabi Muhammad.

Suroqoh menghimpun beberapa informasi tentang keberadaan Nabi Muhammad dari berbagai sumber. Sampai akhirnya, ia menemukannya bersama Abu Bakar sedang berjalan kearah kota Madinah meninggalkan Makah. Di pacunya kuda sekuat tenaga dan melesat cepat hingga ia semakin dekat dari posisi Nabi berada.

Namun, ketika ia mendekati Nabi tiba-tiba kudanya tersandung. Suroqoh terpelanting dari pelana dan jatuh. Tanpa menghiraukan rasa sakit, Suroqoh kembali ke punggung kuda dan memacunya. Namun untuk kedua kalinya kuda tersebut tersandung dan lagi-lagi Suroqoh terpelanting. Ia belum menyerah, ia kembali memacu kudanya sampai pada posisi yang cukup dekat dengan Nabi. Kemudian dia meraih busur panah di punggungnya dan berniat untuk membidik Nabi. Namun, apa daya.. tangan itu tiba-tiba kaku, tak bisa di gerakkan. Belum lagi kaki kudanya tiba-tiba terbenam dalam pasir.
Dia lalu berpaling kepada Rasulullah dan berteriak dengan memelas, “Hai kalian berdua, berdoalah kepada Tuhanmu, supaya kaki kudaku lepas. Aku berjanji tak akan menggangu kalian berdua.”

Rasulullah kemudian berdoa untuknya. Maka bebaslah kaki kuda Suraqah dari benaman pasir. Tapi, karena ketamakannya, setelah bebas, dia mengingkari janjinya dan berusaha melabrak Rasulullah dengan kudanya. Namun, niat itu tidak terlaksana, karena kaki kuda itu kembali terbenam ke bumi, bahkan lebih dalam lagi.
Suraqah kembali memohon belas kasihan kepada Rasulullah.”Ambillah perbekalanku, harta, dan senjataku. Aku berjanji atas nama Allah kepada kalian berdua, akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha melacak kalian,” katanya memelas.
Mendengar Suroqoh berkata demikian, Nabi menjawab bahwa ia tidak membutuhkan hartanya. Nabi hanya meminta Suroqoh untuk kembali kepada kaumnya dan menyuruh orang-orang yang mencari Nabi untuk tidak mencarinya lagi.

“Demi Allah, aku tidak akan mengganggumu lagi,” kata Suraqah setelah kaki kudanya lepas. Setalah itu ia bahkan menyatakan keyakinannya, “Agama yang Tuan bawa akan menang dan pemerintahan Tuan jaya. Aku mohon apabila kelak aku datang kepada Tuan, Tuan akan bermurah hati kepadaku. Tuliskanlah hal itu untukku.” Lanjut suroqoh.

Rasulullah meminta Abu Bakar menulis pada sekerat tulang dan menyerahkannya kepada Suraqah sambil berkata, “Bagaimana jika pada suatu saat kamu memakai gelang kebesaran raja Persia?”

“Gelang kebesaran raja Persia?” tanya Suraqah terkejut.

“Ya, gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz!” jawab Rasulullah meyakinkan.

Setelah itu Suraqah kembali ke Makah dengan perasaan gembira. Kepada orang-orang Qurais yang ditemuinya sepanjang jalan, ia meyakinkan bahwa usaha pencarian mereka terhadap Nabi Muhammad akan sia-sia. “Telah kuperiksa seluruh tempat dan jalan yang mungkin dilaluinya, namun aku tidak menemukan Muhammad,” katanya. “Bukankah kalian tidak sepandai aku dalam hal melacak jejak?”

Peristiwa yang di alaminya tadi benar-benar membekas dalam hatinya. Ia benar-benar yakin bahwa Muhammad bukanlah manusia biasa. Ia meyakini Muhamad adalah Nabi yang di utus oleh Alloh. Ia juga yakin akan janji Nabi Muhammad bahwa suatu hari nanti ia akan memakai gelang kebesaran raja Persia.

Saat itu jazirah Arab di apit oleh dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Bizantium di barat dan Kerajaan Persia di timur. Sedangkan umat Islam masih sangat kecil, bahkan belum memiliki sebuah negara sekalipun. Janji Nabi kepada Suroqoh bahwa ia akan memakai gelang kebesaran raja Persia seakan-akan mustahil, jika mempertimbangkan situasi dan kondisi umat Islam saat itu. Karena janji Nabi itu bermakna bahwa kerajaan Persia yang besar, berperadaban tinggi, dan memiliki tentara yang sangat menakutkan itu akan di taklukan oleh umat Muhammad di saat Suroqoh masih hidup. Padahal saat itu umat Islam masih sangat lemah! Namun, dalam hati Suroqoh tetap yakin bahwa janji itu pasti akan terwujud.

Sejarah mencatat, bahwa janji Nabi Muhammad itu terbukti benar. Pada masa Khalifah Umar bin Khotob, pasukan Islam berhasil menghancurkan Kerajaan Persia hingga ke akar-akarnya. Dalam pertempuran yang sangat sengit di Nahawan, tentara Persia yang berjumlah lima kali lebih besar dari pada pasukan Islam ini berhasil di musnahkan. Ibu kota Persia, Ctesipon ditaklukan. Istana Putih kebanggaan Raja Persia jatuh di tangan kaum muslimin. Raja Persia yang terakhir, yezdegrid, melarikan diri.

Harta rampasan perang dari perang tersebut tak terkira jumlahnya. Setelah dikeluarkan seperlima untuk baitul mal, sisanya di bagikan kepada seluruh pasukan Islam. Masing-masing mendapatkan 12.000 dinar emas!

Diantara seperlima yang dikimkan ke pusat pemerintahan Islam, Madinah, terdapat pakaian kebesaran Kisra bertahtakan perhiasan dan permata, pedang Kisra yang terbuat dari permata, dan juga mahkota raja Persia.

Khalifah Umar bin Khotob kemudian menimang-nimang benda-benda mahal itu dan berkata: “lihatlah, rakyatnya harus memikul pajak untuk benda-benda yang tidak berguna ini dan di pakai oleh pemegang amanat rakyat..”

Setelah itu Khalifah memanggil Suraqah. Kepadanya, Khalifah memakaikan busana kebesaran Kisra itu lengkap dari mulai celana, sepatu, pedang, gelang, pakaian kebesaran, dan mahkota, dan Khalifah sendiri kemudian memujinya “Alangkah hebatnya anak Desa Madlaji ini.”

Dengan demikian, terbuktilah ucapan Baginda Nabi kepada Suraqah beberapa tahun sebelumnya “Bagaimana jika suatu waktu kamu memakai gelang kebesaran Kisra?”
Ini adalah sebuah bukti bahwa Nabi Muhammad benar-benar utusan Alloh yang diutus menyebarkan risalah Islam. Maha benar Alloh yang telah berfirman dalam Al-quran: “dan tidaklah (Muhammad) berkata dengan hawa nafsunya, melainkan (yang dikatakannya) adalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya)”. Kisah ini semoga bisa menambah Iman kita kepada Alloh. Wallohu A`lam bis shawab.

Oleh: Fahri Hidayat
(sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)

Read More......